Satu dari
banyak hal yang saya senangi dari komunitas ROHIS adalah atmosfer nya yang
religius.
Bergaul
dengan anak ROHIS orientasinya selalu akhirat. Kalau ketemu kita selalu jabat
tangan, sambil say "Assalaamu'alaykum!".
Maka
akan dijawab dengan lebih lengkap "Wa'alaykumussalaam wa rahmatuLLOHi
wa barakatuh.." Kalau akhwat suka lebih heboh kalau ketemuan.
Biasanya tambah pelukan plus cipika-cipiki. Mesranya…
Dibalesnya
juga pake senyuman manis. Jadi meresap ke hati. Aaaahh…
Tidak hanya
itu, saat ada waktu kosong ketika belajar anak ROHIS suka mengisinya dengan
tilawah AL-QUR’AN atau shalat shuha di mesjid.
Masih banyak
hal lainnya yang membuat saya semakin jatuh hati dengan aktivitas ROHIS.
Yang Pertama : Dimanfaatkan
Kondisi ROHIS
yang "agama banget" seperti itu seringkali suka dimanfaatkan oleh
teman sekelas.
Biasanya,
Anak ROHIS selalu ditunjuk untuk memimpin doa ketika pelajaran sudah berakhir.
Kalau buka puasa bareng anak ROHIS juga yang diminta mimpin doa buka puasanya.
Kalau lanjut shalat tarawih, anak ROHIS juga yang diminta memimpin sholat.
Semua yang berbau religiusitas, selalu diserahkan kepada anak ROHIS.
Hal ini sih
saya nilai masih baik-baik saja. It's ok.. Meski begitu tak
jarang kondisi ini disalahartikan oleh orang lain.
Yang Ke Dua : Over
Expectation
Di sisi
lain, kondisi ROHIS yang seindah itu seringkali membuat iri hati orang lain.
Soalnya di ekskul mereka gak sebegitu amat nuansa religiustiasnya. Salam sih
salam. Tapi hambar. Gak sampe peluk atau cipika-cipiki. Biasa aja. Shalat sih
shalat. Tapi sendiri-sendiri. Gak berjamaah kayak di ROHIS.
Selain iri
hati, kondisi ROHIS yang ihdinash shiraatal mustaqiim (istilah
orang yang nyebut anak ROHIS itu sudah di jalan yang benar) itu juga membuat
sebagian yang lain memberi harapan lebih kepada anak ROHIS (over
expectation). Terlalu lebay malah kalau menurut saya mah.
Mereka
berfikir bahwa anak ROHIS adalah anak yang sholeh, akhlaknya baik, baca AL-QUR’ANnya
lancar, selalu shalat tepat waktu ke mesjid, dan santun. Mereka juga berfikir
kalau anak ROHIS rajin belajar gak pernah nyontek, gak pacaran, apalagi
maksiat. Semua yang baik-baik sudah seharusnya dimilki anak
ROHIS.
Awalnya saya
setuju-setuju aja dengan pandangan di atas. Anak ROHIS memang seharusnya begitu.
Kalau gak sholeh, bukan anak ROHIS namanya. Mungkin kamu yang lagi baca tulisan
ini juga berfikir seperti itu. ROHIS. Mereka seharusnya jauh
dari perbuatan dosa.
Tapi saya
sadar. Saya salah. Saya salah kaprah. Kamu menyadarinya?
YangKe Tiga : ROHIS juga
manusia
ROHIS
bukanlah organisasi yang diisi oleh orang-orang sholeh. ROHIS adalah organisasi
yang diisi oleh orang-orang yang ingin sholeh. Redaksinya
mirip tapi kondisinya beda jauh.
Kalau ROHIS
diisi oleh orang-orang sholeh, maka kamu tidak akan temui satu orangpun punya
cacat akhlak di dalamnya. Tapi faktanya tidaklah demikian. Di ROHIS, semua
anggotanya justru adalah orang yang punya kelemahan. Tujuan mereka ada di ROHIS
adalah agar bisa memperbaiki kelemahan itu.
Kamu akan
temui anggota yang dulunya suka ngerokok dan ingin memperbaiki diri di ROHIS.
Kamu akan temui anggota yang dulunya pacaran dan ingin bertobat di ROHIS. Tidak
sedikit anggota ROHIS yang sulit menjaga lidah, namun mereka selalu ingin
memperbaiki diri meski membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Di ROHIS
berkumpul manusia-manusia biasa sama seperti saya, kamu dan siapapun di atas
muka bumi ini. Bedanya cuman satu. Manusia-manusia yang menjadi anggota ROHIS
berkomitmen untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Meski masih banyak
kelakuan-kelakuan buruk yang dilakukan. Akan tiba saatnya, semua keburukan itu
akan hilang, dan digantikan dengan kebaikan demi kebaikan.
ROHIS juga
manusia. Kalau kamu ingin masuk ROHIS, gak perlu nunggu sholeh dulu. Gabubg
aja, kita jadi sholeh bareng-bareng.. ;)