facebook

Thursday, 6 July 2017

MEREKA SANGAT BERARTI BAGIKU

Assalaamu'alaikum wrwb...

sejenak saya teringat dengan masa lalu yang penuhh dengan kejahiliahan.. :( dan bahkan sampai sekarang masih ada sifat" jahil" itu...
namun kemudian tiba waktu itu tepat di malam hari ulang tahunku, seseorang yang ta kusangkan hadir di dlm sms ku, memintaku bergabung dlm majlis cinta.. dialah Murabbiku..

langsung ku iyakan ajakan nya.. harus ku akui, begitu sampai, di sebuah tempat yang panas, kecil, agak gelap, aku merasa WAHH SENENGGG.. namun, meskipun saat itu ada di tempat yang ta begitu lapang, tapii sudah cukup untuk melapangkan hati kami untuk bersyukur dengan segala Rahmat-Nya... Wahh, mereka yg di sekelilingku adalah mereka yang begitu peduli dgn Sang Kholiq.. Saya harus bisa seperti mereka, harus bisa mengejar dan berusaha menyamai mereka.. dan berwal dari sini, saya mulai merubah diri.. menjadi insan yang berjiwa Rabbani.. InsyaALLAH

Sennnnnnnneeeeeeeng bisa masuk dalam lingkaran Cinta itu,.. bertemu dgn mereka" yang mencintai Dia, peduli dgn Dien-Nya, peduli dgn sesama... dan sangat saya akui, merka adalah teman" saya yang sesungguhnya.. karena baru saat itu saya merasakan indahnya berteman.. di lingkaran Cinta itu, baru ku rasakan bukan hanya pertemanan, persahabatan, tapii kekeluargaan jg... bagaimana tidak.? apapun yang membuat kami senang, yang membuat kami sedih, pasti kami bahas bersama. dengan binaan 2insan Murabbi... Murabbi yang begitu dan teramat peduli dengan Mutarabbinya.. Murabbi yang begitu mampu memahami setiap Mutarabbinya, Murabbi yang begitu hebat dlm membina Mutarabbinya... beliau-beliaulah yang mengajarkan untuk mengenall Robb, mengenal Nabi, mengenal Dien-Nya,. dan diajarkan nya kasih sayang terhadap sesama..

namun sayang, kami blm bisa menjadi apa yang mereka harapkan.. kekecewaan, kesedihan, pusing, dsb, sering sekali mereka rasakan karena tingkah kami.. Dan itu sudah pasti terjadi di manapun, di halaqah an manapun, bahkan bukan hanya di organisasi yang mulia ini, namun organisasi yang lain pun pasti jg ada seperti ini...

namun semangat dalam menolong Agama ALLAH tak kan berhenti sampai di sini.. karena dosa diri ini begitu banyak.!

dan mungkin suatu hari nanti saya akan pergi dalam mencari ilmu, menegakkan dien ini jg, dan mulai jauh dari liqo ini, bahkan untuk bertemu, mungkin 1bulan hanya akan beberapa kali sj... namun pesan dari Murabbi, saya akan tetap liqo, meskipun di tempat lain, dengan Murabbi yang lain pula, biar terjaga diri ini, dan keberkahan pun insyaALLAH akan mengalir.. akan selalu saya ingat pesan" beliau,..

Syukran MUrabbiku,.. atas bimbingan, gemblengan kalian, saya bisa sampai di sini, bisa lebih baik dr yg dulu, maafkan kami yang begitu kurang memahami mu..

harapan nya, generasi berikutnya semakin OKE, semakin Good, taat pada Murabbi.. mampu lebih solid dari kaka" nya.. karena kami sayang kalian semua...
just 4 word to all:

*Love You Because ALLAH

Ya Allah,
sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini telah berpadu
terhimpun dalam naungan cinta kepadaMu.
Kuatkanlah ikatannya.. Kekalkanlah cintanya.!!

#CINTA ROHIS_ROHIS AWAL DARI SEGALANYA.


Wassalaamu'alaikum... :)

Saturday, 18 March 2017

Lirik Lagu-Opick

Allah Maha Cahaya – Opick

Jauh melangkah berharap meniti waktu berlalu
Jauh berjalan lewati berjuta warna kehidupan
Tanpa sadari dalam cermin wajah ini

Bertambah umurku dalam hidup yang smakin merapuh
*Allah bukalah hatiku
bimbing dijalan terangMu
selamatkanlah jiwa yang gelap dlm cahaya rahmatMu
Allah Kau Maha Cahaya beri petunjuk sang jiwa
Ampuni diri yang lelah kadang sesat ku melangkah
**Allah sang Maha Cahaya menerangi gelap jiwa

Allah sang Maha Penguasa padanya hati berserah
Begitu lirih tanpa sadar air ata menjadi saksi banyak waktu sia sia
Tanpa sadari dalam cermin wajah ini
Bertambah umurku dalam hidup yang smakin merapuh

Allah terangi jiwaku
Allah beri petunjukMu
Allah bimbinglah hambaMu
Allah ampunilah aku

Monday, 13 March 2017

PERJALANAN DAKWAH





Perjalanan dakwahku. Awal mula saya mengenal dakwah adalah waktu saya di usia 17tahun. Tepat di malam usia saya ke 17, ada sebuah sms masuk. Dari seorang Guru KKPI (computer), seorang guru laki-laki yang bernama **********, yang beliau terkenal gokil di sekolah SMK. Dalam sms tersebut, beliau meminta saya untuk gabung di ROHIS. Sama seperti dakwah fardhiah yang kukenal sekarang di kampus, ada sebuah “iming-iming” agar mau masuk dalam dakwah. Beliau mengiming-imingi adanya beasiswa perguruan tinggi. Waktu itu saya tidak tertarik dengan beasiswanya, saya lebih tertarik ROHISnya. Karen sudah menjadi ekinginan sejak dulu, namun tidak kunjung bisa masuk karena alasan waktu, main, dan salah satunya ajakan masuk ROHIS yang kurang menarik waktu itu. Tapi semenjak sms tersebut, saya merasa dispesialkan. Lantas menjadi bersemangat luarbiasa menyambut seruan tersebut. Di sini kita belajar pula, dakwah fardhiah bukan hanya sekedar mengajak, akan tetapi perlu adanya strategi.
Hari Rabu, kumpul pertama dalam sebuah organisasi dakwah. Belum paham apa itu liqo’, materi pertama dalam liqo’ klasikal, adalah penyambutan kehadiran saya. Dengan diperkenalkan segelintir kaka kelas dan adik kelas, dan pemberian majalah pertama. Luar biasa apa yang kurasa, ruangannya sempit, panas, tapi di hati dingin ayem.
Pekan selanjutnya, saya langsung diangkat sebagai sekretaris oleh beliau, guru yang menyebut dirinya waktu itu sebagai Murabbi. Dan pekan ke 2 di ROHIS, diangkat kembali dan menjadi ketua 2 di ROHIS. Saya selalu datang ke ROHIS dan tidak pernah ijin. Selepas saya masuk, semua instruksi Murabbi ada di saya. Dan dimulai sejak itu, banyak kaka kelas keluar dari ROHIS dan menyisakan 1 kaka yang beliau akhirnya diterima di perguruan tinggi swasta dengan biaya gratis. Semua itu kuncinya adalah Ketaatan, Ketsiqahan, dan semangat dalam setiap agenda di ROHIS. Dan ada satu lagi hal yang harus dihindari oleh saya dan teman-teman, yang menggagalkan orang kebanyakan, yaitu komunikasi dan berhubungan dengan lawan jenis. Hal tersebut menjadi sebuah pantangan dalam diri saya dan teman-teman.
Sejak saat itu saya juga berhasil mengajak 5 teman saya untuk gabung di ROHIS. Tapi 1 orang keluar hampir mendekati akhir sekolah dengan ijin untuk pacaran. Di kelas 3, prinsip ketaatan dan ketsiqahan senantiasa disampaikan Murabbi saya. Sekecil apapun perintahnya, yang penting laksanakan. Dan prinsip untuk tidak ijin dalam liqo’ kecuali 2 alasan: yang pertama kamu sakit sampai tidak bisa jalan, yang ke dua ada keluarga dekatmu yang meninggal atau kamu sendiri yang meninggal. Prinsip tersebut saya pegang sampai sekarang.
Perjalananku di ROHIS sebagai pengurus sudah selesai. Lulus dan diterima di IAIN ******** dengan beasiswa. Dan masa-masa menunggu masuk kuliah selama 3bulan, saya ditawari mengajar di sebuah TKIT di ********** atas permintaan Murabbi saya yang pertama. Dan liqo’ dengan Murabbi pertama dipindah kepada Murabbi ke dua. Beliau alumni IAIN ******** juga. Namanya Bu ******, panggilannya bu ****.
Dalam perjalanan liqo’ dengan beliau, saya senantiasa berangkat dan tidak pernah ijin. Kecuali waktu itu bertepatan di hari regristasi ulang di IAIN *********, saya bertanya kepada Murabbi saya ke-dua-duanya untuk ikut agenda sosialisasi KAMMI. Tapi ternyata waktu itu ditunggu sampai jam 2, tidak kunjung jelas agendanya. Murabbi berkata wajib ikut agenda ini. Akhirnya konfirmasi ke yang menjarkom, agendanya ditunda. Dan saya memilih untuk segera pulang karena liqo’ dengan Bu **** dimulai jam setengah 2. Tapi di tengah perjalanan sampai di Si**, ternyata bus yang arah ******** sudah habis. Dan mencari ojek tidak ada. Menangis saja waktu itu, tidak bisa ikut liqo’. Akhirnya jalan, berharap ada orang mengasihi untuk memboncengkan. Betul, ada, ummahat yang berslayer serasi dengan jilbab lebarnya, emnawarkan untuk saya diboncengkan. Namun ketika saya bilang ke *********, beliau mengurungkan, dan meminta saya untuk menginap di rumah beliau. Akhirnya saya menginap, dan keesokan hari pulang, setelah itu langsung menuju rumah Bu **** untuk meminta maaf karena kemarin tidak bisa ikut liqo’.
Di tengah-tengah penantian menanti masuk kuliah, sebelumnya saya ikut sebuah agenda ROHIS Boyolali, yaitu Aksi Peduli Palestin. Dan di sana ada seorang Pembina dari SMK N *********, bernama Ustadz I***********. Beliau sangat disenangi anak-anak ROHIS di sana. Dan kemudian ada briefing di akhir. Ternyata ada pembentukan struktur alumni, saya dijadikan sebagai ketua 2, dan ketua 1 adalah Ustadz Y**** yang sekarang beliau juga koordinator asrama di Yayasan pemberi beasiswa saya. Di akhir, Ustadz I*********, memberikan pesan untuk saya dan salah satu teman saya (yang khusus di IAIN), untuk nanti menghubungi Ustadzah H********. Saya bingung, beliau mengatakan nanti liqo’ sama Ustadzah ini. Bingung, karena kalau berbeda dengan yang dumaksud Murabbi saya sebelumnya bagaimana? Murabbi sebelumnya ternyata mentransfer liqo saya di kampus.
Setelah masuk ke perguruan tinggi, saya menunggu selama 3pekan lebih untuk dikasih tau Murabbi saya selanjutnya siapa. Gemas, ebrcampur kepo, pingin segera liqo’. Akhirnya pada suatu hari, saya dengar kabar bahwa teman saya ada yang liqo’ dengan Mbak yang pernah disebutkan nmanya oleh Ustadz I********. Saya jadi teringat pesan ustadz tersebut waktu syur’ ba’da acara aksi peduli Palestine waktu itu. Kemudian saya coba hubungi Murabbi saya sebelumnya, bertanya awalnya kapan saya bisa liqo’ lagi. Beliau Cuma menjawab sabar. Akhirnya kuberanikan diri tanya, kalau saya coba hubungi Mbk yang namanya “ini” bagaimana, akhirnya beliau mengatakan Mbak tersebut memang Murabbi saya saat itu, dan tidak menyangka ternyata saling tersambung satu sama lain. Beliau murabbi saya hingga sekarang.
Senang, dan bahagia rasanya. Sudah tahu liqo’nya dengan siapa, dan disatukan dengan teman-teman yang juga memiliki komitmen luarbiasa terhadap liqo’. Semua kata yang keluar dari Murabbi saya yang ke tiga adalah berasa hikmah, nasihat, dan semangat. Inilah yang membuat saya semakin mantap dalam mengarungi perjalanan dakwah ini. Yang juga Tarbiyah atau simpelnya liqo’ menjadi sebuah energi tersendiri bagi saya sampai detik ini.
Sejak lulus dari SMK, flashback sedikit, saya menjadi memiliki cita-cita. Awalnya saya masih bingung mau memiliki cita-cita apa. Dan sejak itu, saya memiliki cita-cita sebagai Pembina ROHIS, sebagai Murabbi dan Mutarabbi hingga akhir hayat. Dan ekinginan menjadi Murabbi, sudah ada sejak hampir lulus dari SMK. Dan akhirnya, ada sebuah kesempatan bagi saya, di Mentoring Fakultas saat itu untuk menjadi Mentor atau Murabbi. Dan semakin bersemangat ketika baru awal semester 1 ketika saya ada di asrama Penerima Beasiswa, saya langsung diminta menjadi seorang Musyrifah untuk asrama adik-adik penerima beasiswa tingkat SMK. Di mana di antara teman-teman saya, baru saya yang diminta menjadi Musyrifah saat itu. Dan dari ROHIS juga meminta saya untuk bisa membina adik-adik ROHIS. Tentu hal tersebut menjadi sarana saya dalam belajar dengan serius untuk membina orang lain. Saya menikmati itu semua. Pahit manisnya, semua harus diajalankan dengan penuh sikap menikmati. Dan Murabbi saya, selalu membuat saya kalem ketika ada masalah dalam proses pembinaan. Terutama di asrama. Beliau di setiap saya curhat, beliau mengatakan “tidak usah diambil pusing”, dan inilah yang menjadikan kekuatan bagi saya untuk tetap bisa menyelesaikan masalah-masalah namun ebrusaha tetap tenang dalam apapun masalah yang ada.
Karena semester 5 ini saya sulit untuk pulang di akhir pekan, liqo’ ROHIS saya lepas. Namun masih tetap memantau adik-adik. Dan di awal Nopember 2016, saya diminta menjadi Murabbi di LDK. Sebuah amanah yang jujur saya ingin merasakannya sejak lama, dan saya tunggu. Saya dihadapkan dengan beberapa mad’u yang ada sebagian memiliki komitmen besar terhadap liqo’, namun ada juga yang masih menagnggap liqo’ sebagai sampingan saja. Hanya berharap, agar ALLOH memberikan saya kemampuan dalam membina dengan baik. Menjadikan mad’u-mad’u saya menjadi komitmen terhadap kegiatan tarbiyahnya. Menikmati semua prosesnya.
Di dalam asrama, anak-anak yang saya bina mereka sekarang tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang menjaga, dan memiliki komitmen dalam kegiatan SR(Smart Recharge)nya di sekolah (SMK IT **). In syaa ALLOH. Menikmati semua prosesnya.
Orangtua saya, awalnya sejak saya lulus dari SMK, mereka tidak ada yang mendukung kegiatan saya dalam dakwah ini. Dulu setelah lulus dari SMK, saya bahkan masih sangat aktif di ROHIS. Dan di perguruan tinggi juga sudah mulai jarang menjenguk orangtua. Ke-empat orang tua saya semua tidak mendukung kegiatan-kegiatan saya dalam dakwah. Suatu hari pernah, saya diminta lepas jilbab, kemudian motor digembesi karena sering pergi ke ROHIS, dan stiker-stiker serta gambar-gambar tentang ROHIS, LDK, dan KAMMI, yang saya gambar semua dilepas dari dinding oleh bapak saya sewaktu beliau datang ke rumah saya.
Sorenya ada liqo’, dan oleh bulik saya, diminta motornya segera diisi angin ke bengkel dan diminta untuk segera pergi ke tempat liqo’. Bulik tidak paham apa itu liqo’, tapi semenjak liqo’ memang bulik sering saya ajak diskusi dengan bahasa lain, dan beliau mendukung. Paklik juga begitu. Tinggal waktu itu saya meyakinkan ke-empat orangtua saya agar ridho dalam aktivitas-aktivitas dakwah saya.
Akhirnyapun malam itu, di kampus, ba’da maghrib, saya meminta Murabbi saya untuk ketemuan. Karena waktu itu saya dapat sms dari bapak kandung saya dan beliau marah-marah karena saya dirasa sudah lupa dengan beliau. Akhirnya saya semakin takut untuk pulang. Dan Murabbi waktu itu memberi nasihat, bahkan sebuah perintah untuk besuk harinya saya pulang ke rumah dan menemui bapak. Saya jalankan, dan pesan dari Murabbi adalah “bapak itu aslinya kangen, sayang, tapi tidak tau abgaimana cara menyampaikannya.”
Sejak saat itu, saya sudah tidak lagi mendapat marahan dari bapak. Sejak saat itu saya sering menemui beliau waktu saya pulang kampung dari Solo. Dan mulai membiasakan tidur di rumah beliau. Namun ibu tiri belum terlalu terbuka hatinya, akhirnya ketika pulang, terkadang saya beri beliau oleh-oleh. Dan sejak saat itu hubungan dengan mereka menjadi hangat. Dan bahkan sekarang beliau-beliau sangat mendukung kegiatan-kegiatan saya. Saya sering mengajak diskusi, dan curhat terkait masalah-masalah saya. alhamduliLLAAH.. sangat ridho sekarang.
Meski dari bapak kandung dan ibu tiri sudah ridho, ternyata ibu kandung saya belum sepenuhnya. Masih memepermasalahkan apa yang menjadi prinsip saya. Akhirnya saya coba sering komunikasi dengan beliau, diskusi online (karena ibu kandung dan bapak tiri ada di Bekasi). Dan mengungkapkan semua apa yang saya rasakan ketika ibu bersikap demikian. Dan saya juga memberikan beberapa kado buat beliau. Dan sekarang beliau juga sangat mendukung dengan kegiatan dakwah saya. Sangat hangat, dan menenangkan ketika semua sudah ridho. Meski memang harus melalui proses yang cukup lama.
Sejak saat itu, saya betul-betul merasakan kasih sayang luarbiasa sekalipun dari keluarga yang broken home. Tidak masalah. Dan ternyata semua benar, berawal dari nasihat-nasihat para Murabbi saya. Murabbi saya pertama mengatakan untuk tidak henti-hentinya mendo’akan agar hati bapak ibu dilembutkan. Dan Murabbi ke dua saya mengatakan belajar rasa sabar dan kuat dalam menjalani hubungan dengan orang lain, termasuk bapak ibu yang awalnya seperti orang lain bagi saya. Dan kemudian diri saya dikuatkan oleh Murabbi saya yang sekarang, sering beliau mengatakan “bahwa kita didewasakan dengan masalah dan amanah.”
Harapan ke depan, saya bisa istiqomah dalam dakwah ini. Liqo’ hingga akhir hayat, menjadi Murabbi dan Mutarabbi, dan itulah yang secara kata umum saya suka sekali menyebut sebagai Pembina dan Binaan. Yang muntijah, dan semoga ALLOH menjaga diri saya dan mengistiqomahkan saya.

Logika Dakwah Itu, Melanjutkan Agenda Pemimpin Dakwah Sebelumnya, Bukan Meninggalkan Apalagi Mengganti (jilid 3)




https://musyafa.com/category/dakwah/ situs ini menjadi inspirasi dalam tulisan kali ini. Mari disimak, bagi kita yang entah saat ini menjadi pemimpin dan sangat mungkin juga prajurit.

Ketiga: Pasukan Usamah bin Zaid (RA) Tetap Berangkat
Setelah semua upaya “lobi” dari para sahabat nabi (RA), dan setelah semua “ijtihad” mereka dengan seluruh perangkatnya dikemukakan, ternyata semua “ijtihad” ini berhadapan dengan sebuah prinsip penting dalam dunia dakwah, yaitu: “pantangan dalam logika dakwah, bahwa pemimpin yang baru, tugas pertamanya adalah mengganti kebijakan pemimpin sebelumnya”, dan inilah “Sunnah”Abu Bakar Ash-Shiddiq (RA) yang diwariskan kepada kita, maka, berangkatlah pasukan Usamah bin Zaid (RA) ke tempat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
Pasukan ini pun menjalankan dengan detail apa yang pernah disabdakan oleh nabi Muhammad SAW kepada Usamah, dan Usamah pun mengelola pasukannya persis seperti yang dipesankan oleh Rasulullah SAW, maka pasukan ini pun pulang dan kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang dan juga rampasang perang yang tidak sedikit.
Keempat: Keberkahan
Dan di sinilah terletak rahasia keberkahan itu, bahwa, saat Abu Bakar (RA) tidak mau, dan benar-benar tidak mau merubah apa yang pernah diputuskan oleh Rasulullah SAW, di situlah keberkahan itu muncul.
  1. Semua yang dikhawatirkan oleh para sahabat nabi (RA) sama sekali tidak terbukti. Sama sekali tidak terjadi serangan, atau comotan apa pun ke dalam kota Madinah saat ditinggal oleh pasukannya.
  2. Bahkan, yang terjadi sebaliknya. Saat suku-suku yang bermaksud menyerang Madinah mendengar, bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq memberangkatkan 3000 pasukan ke Syam, suku-suku itu menjadi berhitung ulang. Mereka berkata kepada sesama mereka: “Kalau Madinah tidak dalam keadaan yang sangat kuat, tidak hendaklah Abu Bakar mengeluarkan pasukan sejumlah 3000 personil menuju Syam”.
  3. Dan tentunya, kemenangan di Syam (Mu’tah, atau Ubna), dan ghanimah besar yang mereka dapatkan, merupakan penambahan ma’nawiyah (spiritualitas) dan maddiyah (materi) bagi kaum muslimin yang tidak terkira.
Jadi, diantara sumber keberkahan dalam berdakwah itu, janganlah suka merubah-rubah atau mengganti-ganti kebijakan, dengan alasan “ijtihad” dari “kibar sahabat” sekalipun. Berpegang pada prinsip itulah sumber keberkahan, berpegang pada Sunnah itu lah keberkahan, sunnah melanjutkan kebijakan pemimpin sebelumnya.
Kelima: Aaah… Itu Kan Karena Sunnah Nabi…
Bisa saja orang dengan mudah berdalih, lalu berkata: Abu Bakar keukeuh kan karena pemimpin sebelumnya adalah Rasulullah SAW??!!
Dalih ini, kalau ada, telah melupakan banyak hal, diantaranya:
  1. Bukankah keukeuh nya Abu Bakar (RA) adalah keukeuh nya seorang sahabat nabi dan keukeuh ini berhadapan dengan “ijtihad” “kibar sahabat”?
    Bila jawaban kita adalah ya, apakah kita akan mengatakan bahwa Abu Bakar (RA) otoriter? Hasya lillah, nggak mungkin lah kita akan mengatakan begitu. Beliau (RA) keukeuh, karena hal ini adalah prinsip. Karena, hal ini adalah Sunnah. Tidak boleh ada sunnah dalam arti preseden bagi para pemimpin Islam setelahnya, bahwa, “ada contohnya” tugas pemimpin baru itu adalah mengganti kebijakan pemimpin sebelumnya.
    Ini dalam dunia dakwah lho.. dalam logika dakwah…kalo laogika lainnya, lain soal.
    Karena kita harus mengedepankan logika dakwah, ya beginilah logikanya.
  2. Fakta-fakta para khalifah dan amirul mukminin berikutnya, mulai dari Umar bin al-Khaththab (RA), selalu saja para khalifah atau amirul mukminin yang baru, selalu mendapatkan pesan, agar mengikuti dan melanjutkan sunnah khalifah atau amirul mukminin sebelumnya. Inilah pesan yang diterima oleh Umar saat dibai’at sebagai pengganti Abu Bakar, hendaklah ia berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah SAW dan sunnah Abu Bakar. Begitu juga saat kaum muslimin membaiat Utsman bin Affan (RA) dan juga Ali bin Abi Thalib (RA).
  3. Seadainya, hanya seandainya, seandainya Abu Bakar Ash-Shiddiq (RA) pernah membuat sunnah mengganti kebijakan pemimpin sebelumnya, kira-kira apa yang akan terjadi dengan janji Rasulullah SAW yang akan memberikan mahkota Kisra Persia kepada Suroqoh bin Malik? Di mana mahkota Kisra itu baru dipegang oleh kaum muslimin di zaman Umar bin al-Khaththab (RA). Menariknya, semua pasukan Islam ingat janji Rasulullah SAW itu, karenanya, mereka, dari Persia, mengirimkan mahkota itu ke Madinah, kepada Umar bin al-Khaththab (RA), yang lalu Umar bin al-Khaththab (RA) menyerahkannya kepada Suroqoh bin Malik (RA)!!
Penutup
Begitulah info sejarah dakwah Islam yang dapat kita baca dan pelajari..yang memberikan nilai-nilai pengajaran kepemimpinan yang sangat luhur. Begitulah para pendahulu kita mewariskan suatu sunnah, sunnah yang sangat agung, sunnah yang sangat mulia, sunnah yang perlu kita implementasikan dalam kehidupan kita, di mana kita mengklaim sebagai bagian dari ahli waris mereka, semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin.

Logika Dakwah Itu, Melanjutkan Agenda Pemimpin Dakwah Sebelumnya, Bukan Meninggalkan Apalagi Mengganti (jilid 2)




Kedua: Tentara Usamah di Zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq (RA)

https://musyafa.com/category/dakwah/ situs ini menjadi inspirasi dalam tulisan kali ini. Mari disimak, bagi kita yang entah saat ini menjadi pemimpin dan sangat mungkin juga prajurit.

Setelah kaum muslimin secara aklamasi memba’iat Abu Bakar Ash-Shiddiq (RA) sebagai khalifah Rasulullah SAW, keadaan “Dunia Islam” saat itu benar-benar sangat gawat. Betapa tidak?
  1. Seluruh semenanjung Arabia yang pernah masuk Islam, semuanya murtad. Yang tidak murtad hanyalah: Madinah, Makkah, Thaif dan Bahrain (kawasan pantai timur semenanjung Arabia). Repotnya, kawasan yang tidak murtad ini ibaratnya seperti pulau-pulau yang saling berjauhan, yang tidak dengan mudah dapat dikonsolidasi secara cepat.
  2. Kawasan-kawan yang murtad itu telah berencana akan menyerang Madinah, dengan alasan mereka masing-masing. Sehingga, posisi Madinah benar-benar sangat gawat. Ibaratnya, Madinah semacam kambing yang terkepung oleh singa, serigala dan semua binatang buas lainnya.
  3. Kekuatan “tentara” Madinah saat itu, ya hanya berkisar pada angka 3000 tentara yang terbentuk di zaman nabi itu, sementara kawasan yang murtad, jumlahnya tentunya sangat berlipat.
Meskipun keadaan “Dunia Islam” saat itu sedemikian rupa “gawat”-nya, begitu Abu Bakar menjadi khalifah, kebijakan pertama yang akan dia jalankan adalah “memberangkatkan pasukan Usamah”. Atau istilahnya: Infadzu Jaisyi Usamah.
“Kebijakan” inilah yang coba di-“taklukkan” oleh “ijtihad” para sahabat nabi yang lain, yang jika mereka berhasil “menaklukkan” “kebijakan” Abu Bakar (RA) dan lalu beliau mengikuti “ijtihad” para sahabat nabi yang lain itu, niscaya akan tercatat lah dalam sejarah bahwa “kebijakan” Abu Bakar Ash-Shiddiq yang pertama kali setelah beliau dibai’at sebagai khalifah, adalah merubah kebijakan pemimpin sebelumnya, yaitu Rasulullah SAW.
Namun apa yang terjadi? Mari kita ikuti ulasan selanjutnya.
Saat para sahabat nabi melihat bahwa “kebijakan” Abu Bakar yang pertama kali hendak dibuat adalah memberangkatkan pasukan Usamah, mereka menghadap Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan membawa banyak “ijtihad” mereka, “ijtihad” yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang “matang” dan “mendalam”. Mungkin kalau mempergunakan bahasa sekarang, “ijtihad” para sahabat nabi itu telah memperhitungkan: fiqih waqi’, fiqih tawaqqu’ (prediksi), fiqih maqashid, fiqih aulawiyat, fiqih muwazanah, dan fiqih-fiqih lainnya. Intinya, “ijtihad” yang benar-benar ijtihad, dari hasil kerja para mujtahidin.
Diantara “ijtihad” para sahabat yang dikemukakan, adalah sebagai berikut:
  1. Lokasi Mu’tah itu sangat jauh dari Madinah, dan masuk terlalu ke dalam di daerah kekuasaan Romawi, satu negara adi daya waktu itu.
  2. Untuk sampai ke Mu’tah, mesti melewati banyak sekali suku-suku Arab yang berada di sebelah utara Madinah, padahal mereka murtad, dan tentu, pasukan yang melewati mereka, sangatlah tidak aman.
  3. Jika 3000 tentara Madinah diberangkatkan ke Mu’tah, maka Madinah akan kosong, atau minimal akan sangat lemah, padahal sudah sangat kuat terdengar rencana suku-suku yang murtad untuk menyerang Madinah.
  4. Lalu, Rasulullah SAW baru saja wafat, dan kaum muslimin baru saja memiliki pemimpin baru, lalu, siapa yang akan menjaga dan melindungi pemimpin kaum muslimin yang baru ini. Juga, siapa yang akan menjaga dan melindungi ummahatul mukminin, kaum wanita dan anak-anak?
  5. Juga, Usamah bin Zaid (RA) itu masih mudah, baru 17 atau 18 tahun. Ia memang mempunyai kecakapan untuk memimpin, namun, karena situasinya sangat gawat dan genting, dikhawatirkan hikmah dan pengalaman, atau jam terbangnya masih belum cukup untuk memimpin pasukan di saat yang sangat genting dan gawat ini.
  6. Keadaan yang sangat gawat dan genting itu, menurut satu riwayat, digambarkan seperti: “seekor kambing, di suatu malam yang sangat gelap gulita dan sangat dingin”, yang menggambarkan, apa sih daya dan upaya yang dimiliki oleh seekor kambing? Apa lagi di malam yang sangat gelap gulita, suatu keadaan yang justru sangat menguntungkan para binatang buas calon pemangsanya, sebab, para binatang buas itu mempunyai penginderaan yang jauh lebih lengkap dan sempurna untuk mengetahui titik dan posisi kambing itu. Sudah begitu, sedang musim dingin pula, satu musim yang memerlukan pembakaran besar untuk tubuh para pemangsa itu, pembakaran yang akan mereka dapatkan kalau mereka mendapatkan suatu mangsa!!!
  7. Yang paling menarik adalah fakta bahwa diantara yang “melobi” Abu Bakar dan mengemukakan “ijtihad” para sahabat nabi untuk “mengubah” “kebijakan” Abu Bakar Ash-Shiddiq (RA) adalah Umar, Ustman, Sa’d bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Sa’id bin Zaid. Luar biasa, mereka adalah sahabat-sahabat nabi yang dijamin masuk surga, al-‘asyrah al-mubasy-syaruna bil jannah. Mereka lah yang “melobi” Abu Bakar dengan membawa “aspirasi” para sahabat nabi yang lain. Mereka juga mengatakan bahwa “ijtihad” ini juga merupakan “ijtihad” kaum Anshar . Bahkan, “lobi” mereka ini pun, berdasarkan riwayat Al-Waqidi, kali ini, bukanlah untuk membatalkan rencana pemberangkatan pasukan Usamah, namun, hanya “penundaan” saja. Istilahnya, hanya “aspek aulawiyat” saja, mengingat suasana Madinah. Masya Allah, jadi, lobi nya bukan pembatalan, atau perubahan, namun hanya penundaan, hanya sisi aulawiyat saja. Subhanallah.
  8. Dan perlu diketahui bahwa semua “ijtihad” ini dikemukakan, adalah demi kebaikan Islam dan kaum muslimin, demi menegakkan syi’ar: ad-dinu an-nashihatu (agama itu nasihat), termasuk nasihat untuk pemimpin dan kaum muslimin.
Namun, “ijtihad” para sahabat nabi itu berhadapan dengan sikap keukeuh Abu Bakar Ash-Shiddiq (RA) yang, sekali lagi, tidak mau mengawali kepemimpinannya dengan cara meninggalkan, merubah, atau mengganti kebijakan pemimpin sebelumnya, yaitu Rasulullah SAW.
Dan luar biasa sekali “pembelaan” Abu Bakar Ash-Shiddiq (RA) atas “ijtihad”-nya, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. “Demi Dzat yang jiwa Abu Bakar ada di Tangan-Nya, kalau saja engkau menduga, bahwa binatang-binatang buas itu hendak mencomotku dan membawa diriku lari dari luar kota Madinah untuk dimangsa beramai-ramai di tempat yang jauh itu, aku tetap akan memberangkatkan pasukan Usamah sebagaimana telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW, dan kalau saja di kampung ini (maksudnya: Madinah) sudah tidak ada siapa-siapa lagi yang tertinggal atau tersisa selain diriku, aku tetap akan berangkatkan pasukan Usamah”.
  2.  “Apakah kalian mempunyai argumentasi lain?”. Para sahabat menjawab: “Tidak, kami telah sampaikan semua argumentasi kami”. Maka Abu Bakar menjawab: “Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, kalau saja kalian mengira bahwa binatang-binatang buas itu akan memangsaku di dalam kota Madinah ini, maka aku tetap akan memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid”.
  3. “Kalau saja anjing-anjing liar dan serigala-serigala itu mencomotku, aku tidak akan menolak sebuah keputusan yang pernah diputuskan oleh Rasulullah SAW”.
  4. Bahkan, Abu Bakar marah kepada Umar (RA) seraya berkata: “Semoga ibumu kehilangan dirimu wahai Umar, ada seseorang yang telah diangkat dan ditetapkan oleh Rasulullah SAW, dan engkau memerintahkan kepadaku untuk mencabut pengangkatan itu?!”. Maka Umar pun keluar dari majlis Abu Bakar dan melapor kepada para sahabat yang memberinya tugas untuk melobi. Umar berkata kepada mereka: “Semoga ibu kalian kehilangan kalian, gara-gara kalian, aku dibeginikan oleh khalifah Rasulullah SAW”.