ROHIS bukan segala-galanya, tapi segalanya bisa bermula dari ROHIS
Ibaratnya sebuah teko, jika diisi terus tanpa pernah dituangkan isinya ke gelas maka dia akan penuh/meluber. Begitu pula dengan kita, jika kita hanya mendapatkan ilmu saja tanpa menularkan ilmu itu ke orang lain, maka potensi/ilmu yang kita miliki tidak berkembang. Makanya, jangan ragu untuk menjadi murrobi…
Kenapa ga mau jadi murrobi? Kenapa ragu? Kenapa takut? Apa kendalanya?1. Kemauan
Ada yang jawabannya “ga mau ah..!”, “jangan dulu dech..!”, “entar dulu ah..”!, “yang lain dulu dech..!” sampai “males ah..!!”
Itu tandanya dia belum punya kemauan untuk menjadi murrobi. Dia bisa mengemukakan seribu alasan untuk menolaknya jika dia memang belum punya kemauan atau niat untuk menjadi murrobi. Dan kemauan yang kuat bisa terlahir dari pemahaman yang baik. Pemahaman tentang urgensi tarbiyah, fiqih dakwah, dll. Karena itu untuk mengatasi alasan pertama ini, tingkatkan pemahaman kita, selanjutnya kuatkan azam/niat kita dan tumbukan motivasi kita. Bukankah janji Allah itu sungguh indah dan nyata, kenapa kita masih ragu? Apa saja motivasi jadi murrobi? Simak aja terus…
2. Kemampuan
Banyak yang beralasan ga mau membina karena belum punya kemampuan, ilmunya belum cukup, wawasannya belum luas, merasa belum mampu untuk menjadi murrobi. Memang sich harapannya murrobi itu ideal/serba bisa, tapi dia tetep manusia juga yang punya keterbatasan dan semuanya ada prosesnya dalam menjadi yang ideal. Ada juga yang berpendapat kalau menjadi murrobi itu bakat sehingga tidak semua orang bisa, apa benar demikian? Boleh jadi menjadi murrobi itu bakat, tapi bakat yang bisa dipelajari setiap orang. Asalkan mau belajar Insya Allah kita bisa koq. Jadi, solusi dari kendala yang satu ini ya dengan terus belajar. Jangan pernah merasa cukup ilmu sehingga malas atau tidak mau lagi menimba ilmu. Kita perluas wawasan dan ilmu kita tidak hanya dari majelis-majelis ilmu tetapi juga dari buku-buku dan media cetak maupun elektronik sehingga kita tidak lagi minder atau takut untuk menjadi murrobi. Jadi, berbekal kemauan saja tidak cukup. Setelah ada kemauan maka kita tingkatkan kemampuan.
3. Kesempatan
Ada pula yang mempunyai kendala membina dalam masalah waktu. Misalnya terlalu sibuk dengan aktifitas kuliah atau kerja hingga tidak punya waktu untuk membina. Ada pula yang sibuk banget dalam organisasi tapi ternyata belum pernah membina, alasannya ga punya waktu. Dalam hal ini, kesempatan itu kita ciptakan sendiri. Kita tidak akan sempat jika memang tidak kita sempatkan. Jika kita sudah mau dan mampu menjadi murrobi maka kita juga harus menyediakan waktu untuk itu.Masih belum tergugah juga? Saudaraku… menjadi murabbi itu asyik lho….
1. Mendapat pahala berlipat ganda
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itukah orang-orang yang beruntung,” (Q.S. Al ‘Imran:104)
Dan masih banyak lagi ayat dan hadist yang menyatakan itu.Dan bagi orang yang menjadi perantara hidayah dari Allah, Allah menjanjikan balasan yang lebih besar dari dunia seisinya, atau di hadist yang lain disebutkan balasannya adalah onta merah. Dan pernah tahu onta merah? Onta merah itu kendaraan di surga. Tentu saja semua itu jika kita ikhlas.
2. Memperoleh tempat curhat, perhatian dan nikmat bersaudara
Loh koq tempat curhat, ga kebalik tha? Memang kebanyakan mutarobi yang curhatnya ke murrobi. Tapi murrobi bisa juga sebaliknya, tapi….. curhatnya murabbi itu tidak secara langsung, biasanya dibungkus materi atau taujih yang diberikan, tapi ya jangan sering2 gitu lho.
Dengan menjai murrobi kita tidak akan merasa kurang perhatian atau kasih saying karena minimal seminggu kita dipelototi dua tiga jam he….he… Dan memang murabbi yang harusnya lebih banyak memberikan perhatian kepada mutarobinya.
Kalo bicara masalah nikmatnya ukhuwah, banyak banget kan? Alhamdulillah, begitu bahagianya kalau melihat mutarobi kita pada semangat hingga meningkatkan semangat pula pada diri kita. Dan banyak lagi kebahagiaan yang lain. Atau ada yang menemui kesulitan? Mutarobinya ga ada yang datang, ga mau diatur, dsb Itu mah biasa, yang penting bagaimana kita menyikapinya. Misal jika kita nunggu mutarobi kita salama berjam-jam tapi ternyata ga ada yang datang. Kita akan tetap merasa ikhlas, sabar dan tidak kecewa jika selama penungguan itu kita tidak membuang waktu sia-sia, misalnya tilawah, baca buku atau berdzikir. Maka kita akan tetap bersyukur, alhamdulillah… dalampenantian tadi aku hari ini bisa menghabiskan 2 juz
3. Mendapatkan kebutuhan aktualisasi diri
Seperti intermeso di depan, kita butuh sarana untuk aktualisasi diri, untuk mengembangkan potensi yang kita miliki. Nach salah satu sarananya dengan ini nih.. Kita bisa belajar komunikasi, belajar persentasi, belajar marketing, de el el. Selain itu kita juga akan punya nilai dan manfaat bagi orang lain.
Tuh kan, asyik menjadi murabbi, makanya jangan minder atau mundur kl diminta jadi mentor atau murrobi. Seorang murobi otomatis seorang mutarbi juga, maksudnya menjadi murrobi juga harus terus ngaji, tarbiyahnya juga harus sehat, wawasannya harus terus ditambah. Ibaratnya sebuah teko, jika mau ngisi ke gelas maka tekonya harus diisi juga..
Tapi harus tanggungjawab lho… murabbi tidak hanya berperan sebagai guru/ustadz/ustadzah tapi juga sekaligus sebagai bapak/ibu, kakak, teman dan sahabat bagi mutarrobinya.
Yuk kita perbaiki diri sendiri dan menyeru orang lain… Tidak hanya sekedar orang yang muslih, tetapi juga muslihun yang mengajak orang lain menjadi sholih juga
No comments:
Post a Comment
Kritik dan saran yang membangun, monggo.. bisa ditulis di kolom komentar.. :)